About Me

My photo
This is what is shown when I press the enter button : Others see you as fresh, lively, charming, amusing, practical, and always interesting; someone who is constantly in the center of attention, but sufficiently well-balanced not to let it go to his head. They also see you as kind,considerate, and understanding; someone who will always cheer them up and help them out.

Friday, September 19, 2008

Sempit atau Luas?

Dunia itu sempit atau luaskah? Ini adalah topik baru obrolan dengan Mbak Ayu. Semalem Mbak Ayu nginep di kosanku, pengen ngobrol katanya. Pagi itu Jakarta mendung, aku dan Mbak Ayu masih leyeh-leyeh, males-malesan buat mandi pagi. Secara perut sudah terisi nasi goreng dan secangkir kopi, obrolan pun dimulai.

”Mbak, sebenarnya dunia itu sempit atau luas sih?” tanyaku.

”Hmmm....pertanyaan kok nggak jelas, dari sisi apanya? Kilometer persegi? Ya jelas luas, wong kita jalan aja juga nggak habis-habis. Atau dari karakter mondialnya, worldwidenya? Ya jelas sempit, coldplay baru rilis album di yuke (maksudnya UK) sana eh, belum ganti hari di sini juga udah bisa didengerin. Atau dari sisi empatinya (baru tau dunia juga bisa punya empati), sisi manusiawinya? Nah kalau itu, kayaknya dunia itu luas. Coba tau nggak kamu nama pak satpam yang ada di penginapan depan kosan?”

”Wah, ya nggak tau Mbak. Wong di depan itu selalu pada nggerombol gitu, males mo nyapa-nyapa. Malu juga.”

”Nah itu, jadi yang keliatan deket ternyata jauh juga kan. Wong Bapak itu kan itungannya juga tetangga dekat.”

”Klo kemarin itu aku belanja di body shop Menteng Huis (sebenernya banyakan nyobain testernya daripada belinya), ternyata dia support comunity development somewhere di rural area mana gitu, Mbak (dah kebiasaan klo masuk detil pasti lupa deh, itu kemarin di negara mana ya???). Seru juga ya Mbak, orang membantu sesamanya yang tidak dikenal. Manusia itu hebat ya Mbak, punya potensi kebaikan.”

”Lha kamu ini memang ndheso!! Mosok baru sekarang ngomongin potensi kebaikan manusia. Nyadhar kok telat to, Dek Mbul?! Itu harusnya udah kamu sadari dari dulu, lha wong potensi ke arah kebaikan itu kan modal dasar manusia to?”

”Lho Mbak, bukannya baru nyadar. Tapi baru jadi topikku saja (agak ngeles).”

”Nah itulah, harusnya manusia itu bisa memberikan manfaat buat sesamanya, membawa kebaikan di lingkungan dia berada. Klo bisa lebih jauh lagi efek kebaikannya, ya lebih baik.”

”Lha trus Mbak, kalau seperti aku ini, yang manusia biasa-biasa saja, yang sekedar menjalani, pergi pagi (menjelang siang, suka telat ngantor) pulang malam (klo ini bener, lebih rame di kantor daripada kosan..he2), trus efek kebaikan buat sesamanya dimana, Mbak?”

”Wah Dik, njenengan ini apa nggak merasa ada manfaat sedikit pun buat lingkungan? Kok melas men (melas men = kasihan sekali, poor you)”

”Bukan gitu Mbak, aku ini kan jam kerja pasti, artinya banyakan waktu ya di kantor, bersosialisasi dengan masyarakat dengan lingkungan, ya banyakan di kantor, Sabtu Minggu udah abis buat agenda pribadi (termasuk nyuci baju). Aku bisanya berbagi dengan sesama ya lewat bayar pajak penghasilan itu, bayar zakat, infaq, gitu-gitulah Mbak. Yang seperti itu apa nggak sudah standar? Kalau semua orang pencapaiannya seperti aku, kapan majunya umat manusia ini? Ibarat prestasi kok ya pas-pasan.”

”Lha yang Dek Mbul pengen itu prestasi yang seperti apa? Yang kelas dunia? Yang seperti John Wood di Himalaya, seperti Arthur Gish dan Ang Swee Chai di Palestina?”

“Wah ya nggak trus jauh gitu Mbak, bandingan kok seperti mereka. Kalau masalah hasil akhir, itu di luar kuasa kita kan Mbak. Siapa tahu sebenarnya ada John Wood – John Wood lain di Himalaya, cuma mungkin tidak tereksposs atau pencapaiannya tidak seperti John Wood. Tapi paling tidak mereka itu kan bergerak Mbak, menerima tantangan, mau berjuang, nggak cuma sekedar mikir dan merasa buntu seperti aku ini. Apa mungkin tataranku baru sekedar tataran mikir ya Mbak? Belum masuk bagian actionnya. Jadi inget pak bos di kantor, kita mikir ”what”nya dulu, baru setelah itu ”how”nya. Cuma kalau di aku mikir kok ya kelamaan. Kegelisahan seperti ini udah ada sejak lama lho, Mbak. Tapi ya itu tadi, gelisah tok, bergerak tidak.”

Mbak Ayu senyum-senyum sendiri, sepertinya geli melihatku yang kecewa dengan diri sendiri.

”Dek, ini kegelisahan yang bakalan terus kamu bawa. Dan jangan sampai kegelisahan itu menemukan akhirnya. Namun biarkan kegelisahan itu menemukan jalannya. Ketidakpuasan yang positif itu bisa membawa ke arah yang lebih baik, tugasmua adalah membuatnya menemukan jalannya, menemukan caranya.”

Mbak Ayu tersenyum, keluar kamar membawa piring bekas nasi goreng dan cangkir kotor bekas kopi. Sepertinya obrolan ini berakhir di sini.

Gondangdia Kecil, 5 Mei -18 September 2008

Beberapa jawaban pemikiran ketika dimunculkan pertanyaan :

”Aku kok merasa blm bermanfaat u/ org bnyk ya.pencapaian tertinggi mns ki opo to?mosok yo gur ngene2 tok”

- an old friend in colleague :

“Mbuh ya..Aq yo ra ngerti.aq yo isih golek2,je..lha nek menurutmu piye?”

Ini yang bagus, ditanyain malah balik nanya. Model senior leaders di T***** saja :D

- dear old friend semasa SMA,in separated text messages he wrote :

“Ya memenuhi kodrat dl to..G usah jauh2”

“Pk nalurimu dong…Naluri wanitamu…”

“Koe ki bar mempelajari opo to?”

Kalimat yang paling akhir itu lucu banget deh ;)

- Temen sekamar pas ribuan mil dari tanah air :

“mns opo?Ya itu perasaan positif jg sih, tdk cpt berpuas diri, dan hrsnya diikuti aksi. Ini nasehat buatku jg lho ;) kok tiba2 kepikiran ini?

Setuju pada kalimat “…dan harusnya diikuti aksi”

- Spiritual suhu pas di kos Jogja :

”Sama cil. Hidup kuwi pilihan. Kita harus pandai memanfaatkan pilihan spy maksimal. Mengembangkan cabang usaha perlu. Usaha u/ lebih memberi makna pd kehidupan”

Cilà dari kata Ucil, panggilan sayang semasa di kos. Dulu paling kecil sih :D

- Adek kelas pas kuliah, in separated text messages :

“Hehe…lha pye mba?”

“Lha nak filosofi kuwi wis ono ket biyen mbak. Mung yo kari wonge gelem ngecakne pora. Makane 3 amalan abadi ki slh 1ne yo ilmu sing manfaat. G mung ilmu tok”

- Teman kecil yg ngributin upgrade jaringan, he wrote :

“Lha emange ada apa?”

Followed by a long phone conversation

- Teman lembur mengurai benang kusut di kantor sampai jam 11 malem (jangan lagi deh, kapok):

“Wee…1)sorry mba, tadi malam *** lg di zip di mobil..di paket ke purbalingga 2)knp tiba2 melow begitu?ada apa?3)jln org kan beda2,penvapaiannya beda2,standarnya beda2,rizkinya jg beda2..kan? target tahun ini apa? Sdh bersyukur dgn yg d dpt?”

- A very old friend sejak pakai putih biru :

“Kdg awake dhewe g sadar lho klo qta b’manfaat mggo wong akeh…mgk ono sg drg iso km capai dadi rumongso ky ngono…”

No comments: